LEWOLEBA,
FBC-Pasar Wulandoni. Ketika wisatawan tiba di
Lamalera, tempat mana lagi yang terdekat yang bisa dikunjungi ? Jawaban ke
Pasar Wulandoni. Tapi mengapa harus dari Lamalera?
“Kunjungan mereka (wisatawan) ke pasar barter,
kemungkinan tidak masuk agenda wisata mereka, namun mereka baru mendapatkan
informasinya dari Lamalera, ketika berwisata di Lamalera,” ungkap Yoseph Kiwan
Igon, Kaur Pembangunan Desa Wulandoni kepada FBC di kantor Desa Wulandoni,
Sabtu (2/6).
Pasar Barter Wulandoni, Desa Wulandoni –
Kecamatan Wulandoni-Kabupaten Lembata, merupakan pasar barter terbesar di
Lembata dan juga masih bertahan hingga kini. Dari Lamalera ke Pasar Wulandoni
hanya 10 km ditempuh selama 10 menit dengan sepeda motor.
Pasar ini memiliki keunikan tersendiri karena
di sini masih berlaku perdagangan dengan sistem barter, barang ditukar dengan
barang. Ini juga yang menarik untuk mengetahui tentang masyarakat
pulau Lembata sekarang dan tempo dulu.
Mulai Berbenah
Memang, tidak dipungkiri, oleh perjalanan
waktu, sejalan dengan perkembangan zaman yang serba instan, tentunya
berpengaruh terhadap mekanisme dan transaksi jual beli di pasar tradisional
ini. Diakui Yoseph Kiwan Igon, derasnya arus globalisasi dan kemajuan
zaman yang serba cepat (instan), sempat mengubah kekhasan pasar tradisional
Wulandoni menjadi seolah pasar biasa.
Tapi itu tidak terlalu berarti karena
masyarakat di sini sudah terbiasa dengan pola perdagangan barter. Belum lagi
kalau kita melihat upaya pemerintah desa untuk selalu menjaga kekhasan pasar
ini. ” Ketegasan sikap aparat desa Wulandoni melalui petugas pasar, suasana
pasar barter tetap normal,” lanjut Yos sapaan Yoseph Kiwan Igon.
Lebih jauh, bapak 5 (Lima) orang anak
ini, menguraikan, pemerintah Desa Wulandoni sudah mempersiapkan prangkat hukum
Peraturan Desa untuk mengatur pasar Barter Wulandoni. “Hal ini, perlu dilakukan
untuk menata dan menjaga kekhasannya,” ungkapnya.
Usaha menata pasar ditunjukkan melalui upaya
pemerintah desa membuat perencanaan konstruktif untuk memetahkan wilayah pasar
Wulandoni menjadi 2 (Dua) kawasan. Kawasan Timur, berdekatan dengan jalan besar
sepanjang pinggiran pantai dibangun los pasar modern untuk disewahkan
kepada para pedagang dari mana saja untuk jualan sembako, pakaian, sandal,
barang-barang non lokal, warung makan, tuak dan ikan panggang khas Wulandoni.
Fisik bangunannya sedang dimulai dengan
bangunan fondasi yang sudah siap. Pengerjaannya dilakukan secara bertahap.
“Tahun ini, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Wulandoni sudah mengalokasikan
Dua Puluhan Juta Rupiah untuk membangun kelanjutan fisik bangunan Pasar Modern
ini,”ungkap Yos
Sementara kawasan Barat, bagian atas jalan di
bawah naungan pohon-pohon asam, akan dijadikan kawasan pasar Barter,
dengan mekanisme pengaturannya secara tersendiri. “Bangunan los pasar lama yang
berada di atas lokasi pasar Barter akan diratakan untuk menjaga suasana alamiah
pasar barter,” lanjutnya.
Yos menjelaskan dalam kawasan pasar ini, hanya
memungkinkan para pelaku barter untuk melakukan transaksi tukar-menukar barang.
Transaksi jual beli dengan uang hanya dimungkinakan bagi orang yang memang
datang hanya membawa uang untuk berbelanja di pasar tradisional.
“Lokasi pasar barter sama sekali tidak dimungkinkan
bagi para pedagang sembako, pedagang pakaian dan pedagang barang non lokal
lainnya, kecuali barang-barang non lokal tersebut untuk kepentingan barter,”
tegas Yos.
Ketika ditanya tentang besar Pendapatan Asli
Desa (PAD) Wulandoni dari retribusi pasar Barter selama ini, Yos menerangkan
bahwa retribusi dari pasar, kurang lebih Rp. 75.000,- (Tujuh Puluh Lima Ribu
Rupiah) per hari pasar Sabtu, dari hasil penjualan barang-barang (ubi,
jagung, pisang, sayur, ikan dan lain-lain) pungutan dari pelaku pasar barter.
Kalau ditaksasi penerimaan per bulan dari retribusi pasar Rp.300.000,- dan per
tahunnya Rp.3.600.000,-
Pilihan Wisata
Letak Pasar Wulandoni memang sangat
strategis. Setiap Sabtu dalam minggu, pemandangan pasar wulandoni sangat
ramai. Ibu-ibu memikul barang jualannya berupa ubi, pisang, jagung,
sayur-sayuran dan buah-buahan, serta tuak, dengan susah payah berjalan kaki
menuju pasar Wulandoni yang dulu bernama Nualela ini.
Hasil bumi dari daerah pegunungan seperti
Puor, Imulolong, Posiwatu, Udak, Lewuka, Ataili dan desa-desa lainnya
depertukarkan ikan, garam, krepe (keripik ubi kayu), khas buatan mama-mama dari
Labala ataupun dari Wulandoro, Pantai Baru, Atakera,
Leworaja, dan Lamalera.
Biasanya, kegiatan transaksi tukar menukar
barang dengan barang baru terjadi, setelah petugas pasar meniupkan peluit
panjang tanda pasar barter dibuka. Ketika petugas lengah, pasif, berhalangan
atau belum datang atau belum menarik pajak pasar, para pengunjung pasar
(penjual dan pembeli) datang dan seenaknya langsung lakukan transaksi jual beli
tanpa peduli.
Tidak sekadar persoalan ekonomi semata yang
menjadi daya tarik pasar ini, tapi juga masalah sosial, budaya dari masyarakat
Lembata. Jika masyarakat disini sekedar dipetakan dengan masyarakat gunung dan
pantai, maka Wulandoni adalah letak yang sangat strategis karena mampu
mempertemukan kedua tipeologi masyarakat itu dalam kerukunan dan kebersamaan.
Rupanya, pasar tidak saja pertukaran barang,
tapi disini juga ada pertukaran sosial dan budaya oleh mereka yang saling
bertemu dan menyapa. Suasana kekeluargaan dan kekerabatan, saling
menghargai dan membutuhkan satu sama lain dalam tata krama, sopan santun khas
masyarakat adat Lamaholot terjadi di sini. Tak heran selalu saja
terpendam rindu untuk selalu bertemu setiap hari Sabtu di bawah naungan pohon
Asam nan teduh dan sejuk.
“Pengalaman selama ini memang banyak wisatawan
manca negara yang berkunjung ke pasar Barter Wulandoni,” ujar Yos, yang saat
itu didampingi ama Siprianus Lodan, Sekretaris Desa Wulandoni. Kedua perangkat
desa ini berharap pasar Wulandoni bisa dikenal lebih luas lagi, agar
kegembiraan yang dialami penduduk disini dapat juga dirasakan oleh warga di
tempat lain, termasuk para wisatawan.
Berkunjunglah ke Pasar Wulandoni. Di sana
kita bisa memilih untuk duduk di bawah pohon, sambil menikmati ramainya
pasar. Dari sini pun sesekali dapat saja orang melontarkan pembicaraan tentang
masa lalu, dan masa depan pada ekonomi dan politik yang terus berubah.
Sumber
ingat di kampung,heheh
BalasHapusmenarik sekali..
Kunjungan blogwalking.
Sukses selalu..
kembali tak lupa mengundang juga rekan blogger
Kumpul di Lounge Event Blogger "Tempat Makan Favorit"
Salam Bahagia