Home » » Pasukan-M: menang tak dibilang, gugur tak dikenang

Pasukan-M: menang tak dibilang, gugur tak dikenang

Written By Youchenky on Minggu, 15 Februari 2015 | 22.12

Pendaratan Sekutu di Bali dimulai pada Oktober 1945 di Kota Singaraja di utara Pulau Bali. Terjadi insiden penurunan bendera Merah Putih yang memancing kemarahan pemuda setempat. Bendera Belanda Merah Putih Biru dikibarkan di pelabuhan Singaraja. Kementerian Penerangan dalam Buku Republik Indonesia Propinsi Sunda Ketjil mencatat, para pemuda membalas merobek bagian biru bendera triwarna sehingga menyisakan Merah dan Putih. Pihak NICA membalas dengan membuka tembakan ke arah para pemuda. Seorang pemuda bernama Merta tewas dalam insiden tersebut. Situasi di Singaraja pun memanas.

Pendaratan besar-besaran tentara Sekutu dan Belanda di Pulau Bali terjadi tanggal 2 Maret 1946. Pramoedya Ananta Toer mencatat dalam Kronik Revolusi Indonesia Jilid II, sebanyak 2.000 prajurit Sekutu mendarat. Komponen pasukan yang mendarat di Pantai Sanur adalah serdadu Inggris, Belanda, dan NICA-Indonesia. Turut mendarat di sana para tokoh Bali pro-Belanda seperti bekas Asisten Residen Denpasar, Kontrolir Klungkung, dan Kepala Distrik Denpasar.

Saat Sekutu dan Belanda mendarat di Bali, Overstee (Letkol) I Gusti Ngurah Rai sebagai perwira tertinggi Tentara Republik Indonesia (TRI) untuk Sunda Kecil sedang berada di Yogjakarta guna berkonsultasi dengan Markas Besar TRI mengenai pembinaan Resimen Sunda Kecil dan cara-cara menghadapi Belanda. Pendaratan Sekutu dan Belanda berlanjut hingga tanggal 3 Maret 1946.

Melihat gerak maju pasukan Sekutu dan Belanda di Bali, maka diperintahkanlah untuk menyiapkan serangan di Bali oleh Resimen Sunda Kecil. Semula Overstee Ngurah Rai meminta persenjataan dari Markas TRI di Jogjakarta. Namun, akhirnya diputuskan dikirim Pasukan Kapten Markadi dan Pasukan Kapten Albert Waroka. Mereka dikenal secara umum sebagai “Pasukan-M” yang menggelar operasi amfibi pertama TNI melintasi Selat Bali dari titik keberangkatan Banyuwangi ke pantai barat Pulau Bali di sekitar Jembrana.

Keterlibatan Pasukan-M pimpinan Kapten Markadi dalam ekspedidi lintas laut Banyuwangi-Bali guna mengusir pasukan Belanda bukanlah perkara mudah, namun penuh heroisme, bahkan harus dibayar dengan darah dan air mata. Ekspedisi tidak saja berhasil mengawal Komandan Resimen TKR Sunda Kecil Overstee I Gusti Ngurah Rai ini kembali ke Bali, akan tetapi merupakan embrio perang rakyat semesta mampu menyatukan kekuatan TKR Laut, Darat, badan-badan perjuangan, para nelayan serta rakyat Bali sekaligus berhasil menggerakkan semangat perjuangan rakyat Bali. 

Kisah operasi lintas laut Banyuwangi-Bali dalam buku ini sejatinya merupakan operasi pendaratan gabungan pertama dalam sejarah TNI dan merupakan pertempuran laut pertama dalam sejarah berdirinya Republik Indonesia. Kita pantas berbanggga, bahwa sekalipun hanya berbekal sarana persenjataan yang serba terbatas, ekspedisi Pasukan-M menuai sejarah pertempuran yang gemilang. Mereka mampu menempuh rute laut yang saat itu diblokade secara ketat oleh musuh dan berhasil menenggelamkan kapal Belanda. Dan lebih dari itu, yang lebih penting adalah bagaimana agar semangat, heroisme, dan nilai-nilai perjuangan Pasukan-M pimpinan Kapten Markadi saat melawan penjajahan Belanda di laut dapat diteladani dan senantiasa menjadi inspirasi bagi generasi muda dalam mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.

Kisah yang banyak tidak diketahui dan dilupakan tentang Pasukan-M yang "menang tak dibilang, gugur tak dikenang"


SHARE

About Youchenky

0 komentar :

Posting Komentar