Home » , » Tiga Senjata Rudal ‘Cerdas’ Militer Rusia

Tiga Senjata Rudal ‘Cerdas’ Militer Rusia

Written By Youchenky on Jumat, 13 Februari 2015 | 00.20

Dalam bidang persenjataan presisi jarak jauh, Rusia unggul di beberapa area dibanding AS. Berikut tiga senjata rudal utama terbaru yang akan digunakan oleh angkatan bersenjata Rusia mulai tahun ini.

KH-35U Uran





Senjata utama terbaru militer Rusia adalah rudal bersayap KH-35U Uran.Rudal ini dapat memandu hulunya sendiri, sehingga kebal dari gangguan radar musuh. Senjata ini dapat bekerja dalam modus aktif dan pasif. Pada modus aktif, rudal akan mengaktifkan hulunya dalam sepersekian detik untuk menemukan target. Sementara dalam modus pasif, rudal tidak memindai ruang di sekitarnya untuk mendeteksi target, melainkan hanya menangkap impuls yang dipancarkan oleh target. AS sangat tertarik dengan fitur ini dan ingin membeli hulu otomatis KH-35U untuk rudal antikapal Harpoon mereka.

KH-35U dapat menyerang target pada ketinggian hampir tiga meter di atas permukaan laut—lebih rendah dari dek kapal, yang membuat rudal ini sulit dideteksi oleh stasiun radar. Mengingat semua sistem antipesawat bekerja di area yang lebih tinggi, jika KH-35U terdeteksi pun, ia tetap tak mudah ditembak.

Rudal ini dapat ditempatkan di kapal permukaan dan pada kompleks rudal pantai SSC-6. Kompleks rudal tersebut hanya membutuhkan hitungan menit untuk mencari dan menembak target.

Saat ini, belum ada sistem antipesawat yang mampu mencegat rudal bersayap yang terbang rendah.

KH-31PM








Senjata baru lain yang memperkuat pasukan Rusia adalah KH-31PM, yang juga sangat terkenal di kalangan Angkatan Laut AS. KH-31 adalah rudal yang dibeli Angkatan Laut AS dari Rusia pada periode 90-an sebagai model untuk mengembangkan sistem anti-pesawat bagi kapal mereka. Amerika menggunakan senjata ini untuk mempelajari cara menembak rudal antikapal 3M-54 Tiongkok—yang juga diproduksi oleh Rusia. Di Barat, rudal Moskit Rusia tersebut disebut Sanborn karena kecepatannya mencapai lebih dari 2.800 kilometer per jam dan memiliki kekuatan luar biasa untuk menghancurkan musuh. Hingga saat ini, belum ada kapal yang dapat menghindari rudal tersebut. KH-31 sangat mirip dengan Moskit, tetapi berukuran lebih kecil dan harganya lebih murah. Senjata ini digunakan untuk menghancurkan target di atas air, stasiun radar, dan kompleks rudal antipesawat seperti Patriot.

KH-31PM yang baru dapat terbang 260 kilometer lebih jauh dibanding versi sebelumnya. Rudal ini juga memiliki sistem pandu dan mesin baru, yang membuat peluncurannya lebih tak terduga dan lebih mematikan bagi musuh.

3M-55 Yakhont
3M-55 Yakhont. Foto: RIA Novosti
Sistem persenjataan baru Rusia yang paling mengesankan ialah rudal bersayap 3M-55 Yakhont, yang dijadikan model untuk rudal BraMos Rusia-India. Keistimewaan rudal ini ialah memiliki kecerdasan buatan yang sebanding dengan kecerdasan manusia. Kehebatan tersebut dapat berfungsi ketika menghadapi keadaan "satu rudal-satu kapal" ataupun menghadapi skuadron kapal. Rudal mengklasifikasikan target sesuai tingkat kesulitannya, memilih taktik serangan, dan menciptakan rencana penghancurannya. Dalam rangka menghindari kesalahan memilih manuver dan menyerang target yang ditetapkan, potret elektronik dari semua jenis kapal modern telah dipasang di dalam mesin komputasi yang terdapat pada rudal antikapal ini.

Rudal jelajah yang karakteristik teknisnya masih dirahasiakan baru saja melewati tahap uji negara dan akan segera digunakan oleh armada angkatan bersenjata Rusia. Para ahli militer berpendapat hal tersebut mungkin merupakan inovasi roket terbaru dari para perancang Rusia, atau bisa pula hasil modifikasi produk berdasarkan roket yang sudah digunakan sebelumnya seperti Yakhont (Batu Delima).

Pada September lalu, rudal jelajah terbaru yang dikembangkan oleh NPO Mashinostroyenia, bagian dari Perusahaan Rudal Taktis, telah selesai melewati tahap uji negara.

Menurut Direktur Umum NPO Mashinostroyenia Alexander Leonov, rudal baru tersebut dirancang untuk Angkatan Laut Rusia. Bersama selesainya pengujian negara terhadap roket tersebut, dua perangkat rudal darat dan laut juga telah selesai melewati tahap uji negara. Namun, hingga saat ini belum diketahui nama, indeks, ataupun karakteristik taktis dan teknis dari ‘produk’ baru tersebut.

Pemimpin Redaksi Military Russia Dmitry Kornev menilai, meski dengan segala kerahasiaan yang mengiringinya, karakteristik ‘produk’ tersebut sudah bisa diterka. “Mungkin ini adalah rudal yang benar-benar baru, misalnya rudal hipersonik. Kita tak boleh lupa bahwa NPO Mashinostroyenia telah mengembangkan bidang tersebut dan belum lama ini maket roket hipersonik Brahmos 2 hasil kerja sama Rusia dan India ditampilkan dalam berbagai pameran,” ujar Kornev.

Selain itu, Kornev juga menduga bisa jadi rudal tersebut merupakan pemutakhiran rudal yang telah ada. Jika demikian, kemungkinan besar rudal tersebut dilengkapi dengan sistem kontrol baru yang lebih akurat yang dibuat menggunakan komponen dan perhitungan algoritma modern. “Mungkin juga peralatan kendali tersebut sudah diganti,” kata Kornev.

Kornev berpendapat jika ‘produk’ tersebut merupakan pengembangan dari rudal lama, kemungkinan besar itu merupakan pengembangan P-800 Onyx yang dikenal sebagai Yakhont di pasar ekspor. Yakhont merupakan rudal supersonik paling terkenal yang diproduksi NPO dan didistribusikan di pasar dunia. Sistem rudal supersonik Brahmos hasil kerjasama Rusia dan India serta sistem rudal pesisir Bastion diciptakan berdasarkan rudal tersebut.

Dmitry Boltenkov, ahli militer independen dan salah satu penulis buku Russia's New Army, menjelaskan bahwa saat ini Angkatan Laut Rusia sedang mengembangkan konsep operasi ‘pasukan diversifikasi’, yakni ketika armada didukung bukan saja oleh pasukan udara tetapi juga oleh kelompok pasukan darat. Sistem rudal berbasis darat dan laut memainkan peran penting dalam aktivitas ‘pasukan diversifikasi’. Sistem tersebut tidak saja mampu mengenai kapal musuh dengan tembakan yang akurat, tapi juga bisa menghancurkan target di darat.

Boltenkov berpendapat, penempatan sistem rudal universal untuk digunakan oleh militer akan secara signifikan meningkatkan kekuatan Angkatan Laut Rusia. Pada saat yang sama, kedua ahli tersebut sepakat meski fakta mengenai produk baru ini masih rahasia, roket baru tersebut tentu memiliki potensi ekspor.

Beberapa negara, terutama Vietnam dan Indonesia, telah membeli sistem rudal Rusia, baik yang berbasis laut maupun darat dengan rudal Yakhont. Rudal Yakhont Vietnam yang dipasok sebagai bagian dari sistem rudal pesisir Bastion, menurut beberapa laporan, dapat mengenai target yang berada di laut maupun darat.

Seperti yang dijelaskan oleh Boltenkov, sistem rudal pesisir Rusia Sopka (Gunung Berapi) dan Rubezh (Garis Batas) dipasok ke lebih dari sepuluh negara di seluruh dunia, dan bahkan beberapa kali digunakan dalam konflik militer seperti dalam konflik Arab dan Israel.

Wakil Laksamana Angkatan Laut Amerika Serikat Michael Connor sempat menyampaikan kerisauannya mengenai potensi perkembangan armada selam Rusia diThe Inquisitr. Kekhawatiran itu muncul setelah uji coba rudal balistik antarbenua Bulava(Tongkat Pukul) terbilang berhasil, yang salah satu peluncurannya sukses dieksekusi pada September lalu. Saat diluncurkan dari tengah Laut Arktik, rudal balistik antarbenua tersebut menempuh jarak ribuan kilometer hingga mengenai targetnya di area pengujian Kura yang terletak di Timur Jauh.

SHARE

About Youchenky

0 komentar :

Posting Komentar